Selasa, 25 Maret 2014

Ketika Politik dalam forum pengajian

Tahun 2014 itu tahun politik. Banyak sekali berita tersebar disemua forum. Saya menulis ini bukan karena saya apolitis, atau apatis dengan calon dan partai tertentu. Saya juga bukan pendukung fanatik partai dan calon tertentu. 
Singkat cerita, anak saya yg besar sekolah di SDIT yg tyt korelasinya dengan 1 partai islam sangat kuat. Saat makin santer persaingan, di grup WA pun beredar ajakan dr simpatisannya untuk memilih partai tsb dan mengaitkannya dg sklh. Bahkan broadcast yg mengorek kejelekan seorang calon presiden dr partai lain pun masuk grup pengajian.
Saya yg masih awam ini dan baru memahami bahwa mengungkapkan keburukan orang itu tdk baik jelas gerah. Bkn karena saya membela calon presiden itu lhooo...
Saya berfikir memang mudah memaparkan keburukan orang daripada keburukan kita sendiri. Ini saya rasakan sendiri soalnya...biarpun saya gendut tp saya sll bilang saya tak segendut itu, biarpun saya ini gak kinclong kulitnya tp sll bilang sdh cerah.
Jd saat di grup WA yg biasanya hy untuk share ilmu jd share politik otomatis saya gerah dan mengatakan, selama 5 th sklh tdk pernah sy harus memilih partai yg menjadi pilihan hampir semua orang disitu, dan tdk pernah ada yg membahasnya. Tujuan saya cuma 1 yaitu mari kita bersihkan grup pengajian dr perpolitikan yg notabene kebenarannya tdk dijamin.
Dan ketika ada yg share tentang Jokowi yg cenderung pro kristen, saya jd bertanya2 apa benar? 
Dan saat saya bertanya pd forum: bagaimana dengan calon2 lain? Tak seorangpun menjawab
Kemudian saya bertanya lagi, lalu siapa yg tepat jd pemimpin? (Ingat!!! Saya bukan Jokowers)
Tak ada yg menjawab, bahkan simpatisan berat yg mengajak memilih PKS ( eh jd nyebut partai)

Lalu saya bertanya lagi: apakah orang yg punya lbh dr 2 istri dikatakan pasti sanggup mengatur negara? (Ini murni krn saya benci poligami)
Tak ada yg menjawab selain akan dibutuhkan kursi ibu negara extra hehehe

Lalu, saat pengajian pagi tadi, saya punya kesempatan bertanya... Pada Ustadz nya
"Jika saya mendapat BC tentang keburukan orang lain pd tahun politik skrg, saya harus bagaimana? Meneruskannya, atau saya keep u saya sendiri? Karena kita kan diajarkan u husnudzon pada saudara kita"

Ini jawabannya:
Jika berita itu tentang calon pemimpin yg kafir, jelas gak usah dipilih nanti.
Jika berita keburukan itu tentang seorang muslim, kita harus cek dan ricek. 
Misalnya Anis Matta yg py 2 istri yg disangkalnya lalu diakuinya kmd ( itu dlm hati saya)
Jika berita keburukan itu yg tentang seorang muslim yg berpihak pada kafir, maka kita harus waspada jgn2 itu benar 😇
Lalu siapa yg harus kita pilih?
Pilih yg muslim. Sebaik2nya kafir pasti byk tidak berpihak pada kita muslim. Sejelek2nya muslim pasti dia masih membela orang muslim. Tp klo muslim yg didukung kafir sebaiknya waspada!

Hmmm.... Kali itu saya mengangguk angguk... Secara ustadz yg bicara, saya awam
Tp kepala saya masih berdesing desing pertanyaan... 
Benarkah pernyataan sang ustadz yg td jls2 sdg promote PKS?
Benarkah perlumenjelekkan orang untuk menang?

Yg jls sy bingung, saat politik masuk forum pengajian

Yuk ah... Semoga pemimpin kita nanti adalah orang yg tdk munafik amiiin

Kamis, 20 Maret 2014

Sebuah perhitungan

Kemarin saat saya leyeh2 sendiri di kamar, tetiba bulik naik ke atas dan mengajak bicara... Tentang kalimat saya sehari sebelumnya "Saya mah gak ngerti sama sekali masalah Jambi." Jambi disini adalah tempat usaha petelur dan sawit suami.
Intinya adalah beliau kaget dan tdk percaya jika saya sama sekali tidak tahu masalah keuangan di Jambi. Seharusnya suami istri itu terbuka dan saling tahu. Saya cuma tertawa kecil...
Saya bilang, tenang bulik, ini sdh mjd salah satu komitmen tdk tersebutkan bahwa saya tidak perlu tau. Bahwa bagi saya sendiri selama kebutuhan primer, sekunder, dan tersier terpenuhi baik itu untuk anak-anak maupun saya pribadi, itu sdh cukup. 
Sejak saya blm menikah saat bapak saya sdh jadi kepala kantor BPN (yg konon py byk uang) bapak tidak pernah mengajari saya untuk sembarangan dengan uang. Bahkan untuk sekedar ganti sepatu sekolah saja, saya harus menunggu jempol saya nongol, untuk punya komputer saat kuliah, saya harus kasih IPK 4 sempurna 3 semester berturut turut.
Jadi saya tidak pernah ingin menguasai pendapatan suami dan mengaturnya seenak hati saya. Saudara2 saya juga sangat hati2 untuk merepotkan saya yg notabene merepotkan suami. 
Saya juga tidak iri saat saudara2 suami dibelikan mobil, dinaikkan umroh (ini krn bulik merasa subgkan suaminya diumrohkan). Buat saya pasti ada alasan khusus knp suami saya membantu saudara2nya dengan mudah. Karena saat dia dan ibunya yg janda susah, saudara2 ibunyalah yg banyak membantu. Jadi saat sukses, mjd sebuah kewajiban baginya untuk membalas. 
Klo kami bersaudara banyak melihat bahwa ibu dan bapak sll berusaha sendiri bkn krn tdk akrab dgn saudara tp krn berjiwa mandiri. 
Saudara2 saya jg tdk punya andil banyak sec ekonomi bagi saya, dan itu tdk berkonsekwensi pada masalah balas budi. 
Bulik makin bengong...kok ada istri kyk sampean (sementara dia bertolak belakang)... Aku jawab ya ada...😁

Sebenernya mulai banyak yg mempertanyakan sikap saya yg spt orang bodoh saja. Dan itu membuat saya berpikir..."sepertinya saya harus punya saving pribadi u anak2 saya" ...hehehe... Peace ah
😜😝